Sistem tanam jajar legowo adalah
pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih baris
tanaman padi dan satu baris kosong. Baris tanaman
(dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya)
disebut satu unit legowo. Bila terdapat dua baris tanam per unit legowo maka
disebut legowo 2:1, sementara jika empat baris tanam per unit legowo disebut
legowo 4:1, dan seterusnya.
Pada awalnya tanam jajar legowo
umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama dan penyakit, atau
kemungkinan terjadinya keracunan besi. Jarak tanam dua baris terpinggir pada
tiap unit legowo lebih rapat dari pada baris yang ditengah (setengah jarak
tanam baris yang di tengah), dengan maksud untuk mengkompensasi populasi
tanaman pada baris yang dikosongkan. Pada baris kosong, di antara unit legowo,
dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk mengumpulkan keong mas,
menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan
kecil (muda).
Sistem
tanam legowo kemudian berkembang untuk mendapatkan hasil panen yang lebih
tinggi dibanding sistem tegel melalui penambahan
populasi. Selain itu juga mempermudah pada saat pengendalian hama, penyakit, gulma, dan juga pada saat pemupukan.
populasi. Selain itu juga mempermudah pada saat pengendalian hama, penyakit, gulma, dan juga pada saat pemupukan.
PRINSIP TANAM JAJAR LEGOWO
Sistem legowo adalah suatu
rekayasa teknologi untuk men-dapatkan populasi tanaman lebih dari 160.000 per
hektar. Penerapan Jajar Legowo selain meningkatkan populasi pertanaman, juga
mampu menambah kelancaran sirkulasi sinar matahari dan udara disekeliling tanaman
pingir sehingga tanaman dapat berfotosintesa lebih baik.
Selain itu, tanaman yang berada
di pinggir diharapkan memberikan produksi yang lebih tinggi dan kualitas gabah
yang lebih baik, mengingat pada sistem tanam jajar legowo terdapat ruang terbuka
seluas 25-50%, sehingga tanaman dapat menerima sinar matahari secara optimal
yang berguna dalam proses fotosintesis.
Penerapan sistem tanam legowo
disarankan menggunakan jarak tanam (25x25) cm antar rumpun dalam baris; 12,5 cm
jarak dalam baris; dan 50 cm sebagai jarak antar barisan/lorong atau ditulis
(25x12,5x50) cm. Hindarkan penggunaan jarak tanam yang sangat rapat, misalnya
(20x20) cm, karena akan menyebabkan jarak dalam baris sangat sempit. Dalam buku
ini, dibatasi pada penerapan sistem tanam legowo 2:1 dan 4:1 baik untuk tipe 1
maupun tipe 2.
1. Legowo 2:1
Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman
per ha sebanyak 213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31%
dibanding pola tanam tegel (25x25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha. Dengan pola
tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapat tanaman sisipan.
2. Legowo 4:1
Tipe 1
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola
tanam legowo dengan keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok
diterapkan pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi
tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60%
dibanding pola tegel (25x25)cm.
Tipe 2
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 2 merupakan pola
tanam dengan hanya memberikan tambahan tanaman sisipan pada kedua barisan
tanaman pinggir. Populasi tanaman 192.712 ± 4260 rumpun/ha dengan persentase
peningkatan hanya sebesar 20,44% dibanding pola tegel (25x25)cm. Pola ini cocok
diterapkan pada lokasi dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Meskipun
penyerapan hara oleh tanaman lebih banyak, tetapi karena tanaman lebih kokoh
sehingga mampu meminimalkan resiko kerebahan selama pertumbuhan.


KEUNTUNGAN
JAJAR LEGOWO
Menurut Sembiring (2001), sistem
tanam legowo merupakan salah satu komponen PTT pada padi sawah yang apabila
dibandingkan dengan sistem tanam lainnya memiliki keuntungan sebagai berikut:
Terdapat ruang terbuka yang lebih
lebar diantara dua kelompok barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya
matahari masuk ke setiap rumpun tanaman padi sehingga meningkatkan aktivitas
fotosintesis yang berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman.
1. Sistem
tanaman berbaris ini memberi kemudahan petani dalam pengelolaan usahataninya
seperti: pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan pengendalian hama dan
penyakit (penyemprotan). Disamping itu juga lebih mudah dalam mengendalikan
hama tikus.
2. Meningkatkan
jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap set legowo, sehingga
berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman akibat peningkatan
populasi.
3. Sistem
tanaman berbaris ini juga berpeluang bagi pengembangan sistem produksi
padi-ikan (mina padi) atau parlebek (kombinasi padi, ikan, dan bebek).
4. Meningkatkan
produktivitas padi hingga mencapai 10-15%.
-Sulistyowati-
0 comment:
Posting Komentar